Minggu, 20 Maret 2011

Mempromosikan museum

Beberapa waktu yang lalu museum tempat saya bekerja kedatangan tamu dari sebuah kota kabupaten di Jawa Timur. Mereka adalah sejumlah tokoh masyarakat yang bermaksud melakukan kaji banding ke museum kami karena ingin mendirikan museum di daerahnya. Salah seorang tamu bertanya tentang trik untuk mempromosikan museum agar museum mereka kelak dikunjungi banyak orang.

Sebenarnya banyak cara dapat kita lakukan untuk mempromosikan museum kita. Salah satunya (dan ini yang paling lazim) adalah bekerja sama dengan dunia pendidikan (sekolah) dengan mewajibkan siswa berkunjung ke museum. Tentunya kunjungan seperti ini seharusnya bukan sekedar kunjungan yang hanya menggugurkan kewajiban belaka, tetapi kunjungan yang direncanakan dengan baik sehingga siswa memperoleh manfaat dari kunjungannya ke museum.

Cara lain adalah dengan menjadikan diri kita sebagai sarana berpromosi. Buatlah kaos, pin, topi, atau apapun, yang mencerminkan citra museum kita. Buatlah desain (baik berupa gambar maupun kata-kata) yang atraktif atau bahkan nyleneh untuk menarik perhatian orang. Warna yang mencolok atau ukuran yang di luar kelaziman akan membuat orang bertanya. Ketika orang bertanya, maka itulah kesempatan bagi kita untuk menjelaskan dan mempromosikan museum. Media komunikasi lain seperti aneka merchandise dapat dipakai pula sebagai alat promosi. Bagaimana dengan kartu nama? 

Di bawah ini ada artikel menarik tentang kartu nama  untuk sebuah museum geologi di Amerika Serikat.

Batuan dan tulang: kartu nama untuk museum geologi

Museum geologi yang modern  memberikan bentuk hiburan edukatif yang sulit ditiru baik kepada anak-anak maupun kepada orang dewasa. Mulai dari batuan dan fosil hingga  tengkorak manusia purba dan berbagai model dinosaurus, museum geologi dapat menjadi tempat menakjubkan dan memberikan pengalaman baru. Desain kartu nama museum geologi harus seimbang dalam hal otoritas keilmuan, pendidikan, kesenangan, dan membangkitkan rasa ingin tahu.

Buatlah kartu nama museum geologi untuk semua orang yang berhubungan dengan museum geologi. Agar terkesan berwibawa, kartu nama di seluruh museum haruslah memiliki tampilan serupa, yang membedakan hanyalah detail personal pemegang kartu tersebut. Logo museum dan pesan yang menjadi citra seperti pernyataan misi harus muncul di area tagline kartu nama di bagian bawah-tengah sisi muka kartu tersebut.

Desain latar belakang museum geologi harus mencerminkan citra museum geologi itu sendiri. Misalnya warna abu-abu dove sebagai latar belakang dengan tekstur tertentu yang memberi kesan fosil, atau foto asli fosil yang dibuat kabur sehingga menimbulkan efek masa lalu yang kuat. Jika museum tersebut memiliki skema warna tertentu di ruang peragaan, maka warna tersebut bisa saja dimunculkan dalam kartu nama.

Cobalah untuk membuat kartu nama dengan dua sisi atau yang dapat dilipat. Desain seperti ini akan memberi ruang lebih besar untuk menjelaskan jenis museum Anda serta menampilkan koleksi utama Anda. Buatlah kolase foto ruang peragaan dan tempatkan di bagian dalam halaman kartu yang terlipat sehingga tampak sebagai brosur. Jangan lupa untuk tetap mempertahankan sisi profesional desain kartu nama museum geologi Anda.

Bagikanlah kartu nama museum geologi anda kepada kolega maupun sejawat di setiap kesempatan sosial ataupun ceramah edukasional. Sediakan pula kartu bagi pengunjung museum dan simpan pula di toko cenderamata. Jangan lupa untuk menyisipkan kartu nama di setiap tas belanja pengunjung yang berbelanja di toko cenderamata museum. Kartu nama merupakan cara luar biasa untuk mengingatkan siswa dan guru bahwa di sekitar mereka ada sumber pendidikan yang luar biasa pula.
Sumber: http://www.printedbusinesscards.com/business-card-help/rocks-and-bones-geological-museum-business-card/



Sabtu, 19 Maret 2011

Museum Negeri Kejar Profit

Judul di atas saya dapatkan ketika sedang berselancar di dunia maya. Judul tersebut menjadi kepala berita untuk  sebuah berita di harian Metro Jambi edisi digital. Judul itu membuat saya tersentak, antara kaget dan heran (tapi tampaknya kedua kata ini kurang dapat melukiskan perasaan saya yang sebenarnya). Di satu sisi saya faham bahwa mengelola museum membutuhkan dana yang tidak sedikit. Di sisi lain, museum adalah lembaga nonprofit (lihat definisi dari International Council of Museums). Pengertian nonprofit itu sendiri pun menurut saya masih perlu dijabarkan, karena bagaimana pun museum membutuhkan dana untuk kegiatan operasionalnya. Yang tidak boleh adalah seperti judul di atas, mengejar profit! Jika ini yang dilakukan maka dikhawatirkan aspek edukatif museum akan tersisih dan tergantikan oleh aspek komersial yang kental.

Tetap harus ada batasan jelas tentang apa yang dimaksud dengan profit dan nonprofit. Sponsorisasi tampaknya akan jauh lebih baik. Museum mengajak perusahaan komersial untuk menjadi mitra bisnis dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan edukatif di museum. Di sini pihak museum haruslah menjadi pemegang kendali. Jangan sampai museum dijadikan alat semata untuk mencari keuntungan finansial oleh pihak perusahaan. Sudah saatnya pemerintah memikirkan kemungkinan adanya dana pendamping untuk kegiatan operasional museum. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bisa dipastikan tidak akan memadai untuk mengurus semua museum di negeri ini, dan ini kondisi umum yang terjadi di negara-negara berkembang (lihat Museum di Dunia Ketiga).

Pertanyaan berikutnya adalah "bolehkah museum berbisnis?" Toko cenderamata merupakan salah satu cara untuk mendapatkan sumber dana tambahan, namun untuk museum-museum milik negara hal ini sepertinya tidak dimungkinkan. Ada aturan yang melarang memanfaatkan fasilitas negara untuk keperluan komersial.  Bagaimanapun, museum adalah salah satu tujuan wisata, sisi komersialnya pastilah ada. Yang penting adalah bagaimana mengaturnya secara proporsional agar tidak terkesan museum mengeruk keuntungan finansial (profit) secara berlebihan. Sebuah pengalaman seorang insan museum di Amerika Serikat memperkuat hal ini.

Bagaimana menurut Anda?

Minggu, 06 Maret 2011

Museum Satwa

Indonesia ternyata memiliki sebuah museum satwa yang terletak di kota Batu, Malang, Propinsi Jawa Timur. Untuk lebih jelasnya silakan kunjungi tautan ini.

Tampak depan Museum Satwa (sumber foto: ferina's blog)