Selasa, 30 Agustus 2011

Pendidikan Informal di Museum

Ada tiga jenis pendidikan yang selama ini kita kenal, yaitu pendidikan informal, formal, dan nonformal. Pendidikan informal kita dapat sejak kita lahir, yaitu di lingkungan keluarga. Penanaman nilai dan norma yang kita anut diberikan dan dipelajari secara informal melalui contoh dan perilaku orang-orang dewasa di sekitar kita. Ini yang disebut dengan internalisasi. Pendidikan informal memberi dampak kuat dalam kehidupan kita kelak ketika kita dewasa.

Jenis kedua adalah pendidikan formal, yaitu yang dieselnggrakan oleh sekolah. Dalam pendidikan jenis ini ada guru, buku, kelas, penjenjangan, ujian. Titik akhirnya adalah mendapatkan ijazah atau sertifikat. Dengan demikian pendidikan formal memiliki struktur dan sistem tertentu yang cenderung kaku, yang berujung pada adanya sertifikasi.

Jenis ketiga yaitu penddikan nonformal. Pendidikan nonformal adalah bentuk lain atau perpanjangan pendidikan formal tetapi dilakukan di luar sekolah. Bentuk pendidikan seperti ini mulanya diselenggarakan oleh LSM yang memberikan usaha pemberdayaan kepada masyarakat kecil yang lemah secara sosial maupun ekonomi. Dengan demikian kita mengenal ada sekolah di kolong jembatan, atau di perkampungan-perkampungan kumuh di kota tanpa ruang kelas, dan siswanya datang dan pergi tanpa dipungut biaya. Sistem sekolah seperti ini tidak mengejar sertifikasi. Sekedar membaca, menulis, dan berhitung sudah cukup.

Belajar di museum adalah bagian dari pendidikan informal. Namun, latar belajar di museum belum menjadi perhatian dan belum digunakan untuk mengkomunikasikan informasi sosial, budaya dan ilmiah, ataupun memperbaiki miskonsepsi serta meningkatkan keterampilan kognitif dan sikap (Screven, 1993). Belajar di lingkungan informal bersifat sukarela dan "bebas" (tidak ada yang mengarahkan). Tidak ada tuntutan untuk memperhatikan dan tidak ada sanksi bila kita tidak memperhatikan. Screven (1993) menyebutkan empat hal yang mendorong seseorang untuk belajar di lingkungan informal, yaitu: rasa ingin tahu (curiosity), ingin menemukan sesuatu (discovery), melakukan eksplorasi awal (pre-exploration), dan berbagi pengalaman (share experience).

Adakah di antara empat hal di atas yang mendorong Anda untuk datang ke museum secaa sukarela?