Sabtu, 28 Januari 2012

Pelatihan pemanduan

Para pemandu Museum Geologi telah mengikuti pelatihan pemanduan yang diselenggarakan oleh Pusat Survei Geologi (PSG). Kegiatan yang berlangsung pada 15-17 Desember 2011 dan bertempat di hotel Takashimaya (Lembang) ini dibuka oleh Kepala Pusat Survei Geologi. Tujuan pelatihan ini adalah untuk menambah wawasan dan mengembangkan kemampuan pemandu. Secara keseluruhan peserta berjumlah  42 orang  yang terdiri dari 21 orang  pemandu Museum Geologi, 1 orang dari Museum Karst Indonesia dan 20 orang peserta lainnya berasal dari Museum Tsunami Aceh, Museum Aceh dan Dinas Pariwisata Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Pelatihan dibagi menjadi dua bagian berupa pengetahuan mengenai teori pemanduan (hari pertama) dan teknik pemanduan (hari kedua). Hari pertama dibagi menjadi dua sesi, yaitu:
Sesi 1
1. Kepariwisataan Indonesia Wisata Minat Khusus (Ganef J. Pah, MT.dari STPB).
2. Museum Dunia dan Nusantara: Protokoler Wisata. (Drs. Isman Pasha, MH. dari Kementerian Luar Negeri RI).

Presentasi Felix Feitsma

Presentasi Isman Pasha
Sesi 2
1. Pemanduan Wisata Edukasi, Teknik Pemanduan, Interpretasi (Felix Feitsma dari STPB)
2. Wisata Geologi: Atraksi Wisata Geologi (Rimbaman, M.Sc. dari Pusat Survei Geologi)

Hari kedua untuk teknik pemanduan dipandu oleh Felix Feitsma dan diisi dengan kunjungan ke:
1. Museum Konferensi Asia Afrika
2. Kampung Padi
3. Kampung Tanggulan
4. Saung Angklung Udjo

Kunjungan ke Museum KAA

Kunjungan ke Saung Angklung Udjo
Kontributor: Eka & Sarah

Jumat, 27 Januari 2012

Bagaimana menamai fosil?

Tata penamaan fosil mengikuti tata penamaan yang diterapkan dalam dunia biologi. Sistem penamaan ini disebut nomenklatur taksonomi (taxonomic nomenclature), yang terdiri atas dua kata (binomial nomenclature). Kata pertama menunjukkan nama keluarga (genus) dan kata kedua menunjukkan nama jenis (spesies).  Nama ilmiah ini berasal dari bahasa Latin dan ditulis dengan huruf miring, atau diberi garis bawah. Contoh: Pithecanthropus erectus, atau  Pithecanthropus erectus (perhatikan, kata pertama diawali dengan huruf kapital sedangkan kata kedua dengan huruf kecil).

Fosil dinamai berdasarkan ciri-ciri bentuk fisiknya (morfologi). Misalnya,  untuk Pithecanthropus erectus, pithecos = kera; anthropos = manusia; erectus = berdiri tegak. Dinamai demikian karena fosil ini memiliki ciri fisik tersebut, yaitu  dia sudah berdiri tegak seperti manusia, tetapi ciri tengkoraknya masih kekera-keraan.

Nama ilmiah tidak bersifat permanen karena bisa saja berubah berdasarkan kesepakatan para ahli terkait di bidangnya. Perubahan ini terjadi bila ada penemuan baru dan/atau penelitian lanjutan yang akhirnya menyimpulkan bahwa fosil tertentu sebenarnya sudah tidak layak menyandang nama lama berdasarkan ciri fisik yang ditemukan kemudian. Misalnya, Pithecanthropus erectus  diubah namanya menjadi Homo erectus karena temuan fosil berikutnya lebih mendukung untuk memasukkan fosil tersebut ke dalam kelompok Homo (manusia) dibandingkan dengan kera-manusia (Pithecanthropus).

Tujuan pemakaian nama ilmiah adalah pertama, agar para ahli dapat secara spesifik menentukan individu/ organisma/fosil tertentu yang mereka maksud. Kedua, untuk menghindari kebingungan mengenai individu/organisma/fosil mana yang dimaksud (ini konsekuensi logis dari alasan pertama di atas).

Tautan berikut mungkin dapat bermanfaat.

Rabu, 25 Januari 2012

Museum versus Mal

Topik tentang mengapa orang lebih tertarik datang ke mal daripada ke museum senantiasa mewarnai perbincangan di kalangan insan museum. Upaya berpameran di museum telah dicoba oleh Museum Sri Baduga dan Museum Geologi namun sejauh ini belum terlihat pengaruh signifikan (tentunya harus diteliti lebih lanjut) terhadap ketertarikan masyarakat (khususnya pelajar) untuk datang ke museum. Fakta yang nampak di depan mata adalah,  anak sekolah lebih senang nongkrong di mal daripada di museum. Mereka bahkan rela bolos sekolah demi mal. Apalagi jika di mal ada acara menarik, misalnya peragaan busana, atau pertunjukan musik secara live. Memang banyak hal yang harus diperhatikan jika museum ingin  berpameran di mal. Keterbukaan mal untuk menjalin kerja sama dengan museum tampaknya menjadi salah satu kunci. Seorang sejawat sesama insan museum bercerita bahwa ketika museumnya ingin berpameran di mal ternyata persyaratan yang diajukan pihak pengelola mal cukup banyak, termasuk tingginya biaya sewa per meter persegi dan banyaknya larangan. Intinya, mal yang menawarkan kehidupan modern seperti ketakutan dibawa ke masa lalu oleh museum! Apapun yang terjadi di balik itu, sejawat saya akhirnya bisa berpameran di mal. Sementara itu, sebuah museum seni rupa di Jakarta malah sengaja dibangun di dalam mal. Tentunya ini hal yang membahagiakan bagi dunia permuseum di Indonesia.

Sebetulnya apa yang membuat mal lebih menarik di mata publik (terutama pelajar)? Nina Simon dalam situsnya menyebutkan beberapa titik kelebihan mal yang tampaknya sulit dilakukan oleh museum:

Mal terbuka pada semua jenis pengalaman: mal terbuka untuk semua orang (tidak ada pembatas) dan orang bisa bebas makan, minum, ngobrol, internetan, dan tentu saja, belanja. Di museum orang tidak bisa seenaknya ngobrol, makan dan minum (ada pembatas antara pengunjung dengan museum). Mal memberikan banyak pilihan untuk berbelanja dan orang bebas melakukan eksplorasi selama mungkin. Di mal orang mengeluarkan uang (belanja) setelah melihat barangnya, sedangkan di museum sebaliknya (pengunjung diminta membayar di pintu masuk, sebelum mereka melihat apa yang mereka "beli").

Mal mendahulukan kepentingan konsumen: mal memberikan apa yang dibutuhkan konsumen, museum memajang apa yang menurut pengelola museum dibutuhkan oleh pengunjung. Nina Simon mengatakan, ".... It's not just a question of whether museums have something good to sell; it has tobe something that visitors want to buy."

Mal berisi benda-benda yang sangat berhubungan dengan kehidupan konsumen: mal menyediakan barang-barang yang dapat membuat Anda tampil gaya dan ngetren. Mal seakan-akan berkata kepada konsumennya bahwa semua ini untuk Anda. Benda-benda di museum berada "jauh" dari kehidupan pengunjungnya. Mereka seperti tidak merasa ada ikatan apapun dengan benda-benda di museum. Nina Simon mengistilahkan museum lebih banyak "mendorong" pengunjung sedangkan mal lebih banyak menarik pengunjung.

Mal selalu berubah sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan: Orang selalu datang berulang kali ke mal karena mal selalu memperbaharui tata pameran dan koleksinya secara berkala sesuai dengan musim, atau event. Museum cenderung statis sehingga orang bosan dan enggan untuk datang kembali secara berulang-ulang.

Arsitektur mal mendukung kebutuhan pengunjung: di mal ada ruang terbuka untuk duduk-duduk santai. Di mal tertentu bahkan ada kamar rias dan ruang menyusui. Jendala-jendela kaca yang besar di mal memungkinkan orang untuk melihat-lihat barang secara keseluruhan. Di museum orang dibatasi dinding dan lorong sempit dan tidak semua koleksi bebas dilihat.

Catatan: Di Indonesia yang mayoritas muslim, sulit sekali mencari mushola di mal (biasanya ada di basement tempat parkir dalam kondisi yang menyedihkan).

Mal menawarkan barang yang kompetitif: setiap gerai di mal berlomba-lomba memberikan yang terbaik semenarik mungkin. Di museum tidak demikian, sehingga pengunjung kurang mendapatkan informasi mengenai koleksi yang dipamerkan. Meminjam istilah Nina Simon, di museum orang harus "...buy first, then browse," sedangkan di mal sebaliknya.

 *****
Julimar (25/01/2012)


Sabtu, 21 Januari 2012

Fosil dari Flores

Saat ini masyarakat sudah dapat menyaksikan fosil hewan vertebrata dari Flores. Patung "Hobbit"  hasil rekonstruksi turut menyertai fosil hewan tersebut. Semua fosil itu kini sedang dipamerkan di lobby Museum Geologi di Bandung. Fosil-fosil ini ditemukan di Cekungan Soa, Flores dan merupakan hasil kerja sama antara Badan Geologi (Bandung) dengan University of Wollongong (Australia). Selamat menyaksikan.




Jumat, 20 Januari 2012

Museum Kesehatan

Surabaya ternyata menyimpan perjalanan sejarah bangsa Indonesia di bidang kesehatan dan upaya-upaya penyembuhan penyakit. Di kota ini ada museum kesehatan yang diberi nama Museum Kesehatan Dr. Adhyatma, MPH. Lokasinya berada di Jalan Indrapura no. 17, Surabaya. Museum ini dirintis oleh Departemen Kesehatan RI melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan sejak tahun 1990 dan diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI pada tanggal 14 September 2004. Koleksi museum ini terdiri atas  benda-benda bersejarah dalam bidang upaya kesehatan sejak jaman dulu kala sampai masa kini. Bahkan peralatan perdukunan pun ada di sini.

Gedung museum (sumber: Litbang Depkes RI)

Prasasti peresmian (sumber: Litbang Depkes RI)

Untuk lebih lengkapnya Anda dapat melihat profil museum ini berikut koleksi yang dimilikinya di sini.

Kamis, 19 Januari 2012

Museum dan Kesehatan

Sebuah penelitian menyatakan bahwa ada korelasi positif antara kesehatan dengan kunjungan ke museum atau pusat-pusat kegiatan kebudayaan. Hasil studi ini dipublikasikan dalam British Medical Association's Journal of Epidemiology and Community Health. 

Tulisan lengkapnya dapat dilihat di  http://news.discovery.com/human/culture-happiness-art-110524.html

Kamis, 12 Januari 2012

Remedial Test di Museum Geologi? Mengapa tidak!

Seorang siswa menceritakan pengalamannya melakukan ujian perbaikan mata pelajaran geografi di Museum Geologi. Kejadiannya sudah hampir dua tahun yang lalu tetapi saya baru menemukannya di internet ketika sedang berselancar. Ini informasi menarik dan penting bagi pengelola museum. Museum dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan positif yang mendorong pada peningkatan pengetahuan untuk bidang ilmu terkait. Saya ingin berkenalan dengan Sang Guru yang kreatif ini, yang telah memberikan pengalaman lebih kepada anak didiknya. Berikut saya tampilkan cuplikan teks asli tulisan siswa tersebut yang dimuat di dalam blognya.

Sabtu, 06 November 2010
Museum Geologi: Mari Belajar Tentang Bumi
Satu dari sekian hal yang ane benci dari sekolah adalah remedial. Kegiatan remedial terjadi akibat nilai ujian sang siswa tidak mencapai batas wajar. Alhasil, siswa tersebut mesti mengulangi ujian yang biasanya memiliki soal sama, dan susahnya juga gak ada bedanya.
Begitu pula dengan ane. Nilai UTS ane kemaren kurang memuaskan, dengan 6 nilai dari 5 pelajaran berbeda kudu di-remedial. Beberapa dah tuntas, tapi satu pelajaran masih menggantung, dan ini bikin ane risih berat. Kenapa? Ya, kalian pasti ngerti lah, perasaan saat ada suatu hal yang belum tuntas, tapi dikejar oleh deadline yang tidak mengenal belas kasihan. Halah, lebay.

Pelajaran yang menggantung tersebut adalah geografi. Pelajaran ini berisi tentang berbagai hal yang berhubungan dengan bumi dan kemasyarakatan. Berhubung sejak SMA ada pelajaran sosiologi, jadi ilmu kemasyarakatan (sepertinya) udah gak ada di geografi. Emang pas UTS, pelajaran ini bikin stres satu angkatan. Hampir semua siswa di kelas ane diremed. Susah? Gak juga sih. Ribet? Gak terlalu. Jadi apa dong yang bikin siswa jadi dong-dong ngerjain soal geografi? Jawabannya adalah..........

Susah.

Oiya, dan ribet.

Ah, cukup basa-basinya. Intinya ane dan kawan-kawan harus mengikuti ujian perbaikan. Tapi kayaknya Bu Cucu, guru yang ngajar ane geografi menginginkan sesuatu yang berbeda kali ini. Tidak ada remed menggunakan kertas soal yang sama, melainkan sang guru akan membawa murid-muridnya melakukan kunjungan ke salah satu museum terkenal di Bandung: Museum Geologi.
Yah, ide yang bagus. Kebetulan ni museum ada hubungannya sama ilmu geografi. Sabtu tadi siang adalah saat dimana ane dkk. berkunjung. Walau gak terlalu antusias, tapi dari pagi ane udah menclok di depan museum.

Jadi sistem remednya begini: Bu Cucu membagikan tiga lembar kertas yang berisi berbagai pertanyaan tentang bumi. Nah kemudian murid-murid 'pintar'nya diharuskan berkeliling museum untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Memang bikin capek, tapi seru juga. Apalagi ada berbagai objek menarik yang bisa ane teliti, contohnya maket berbentuk peta pertambangan di Papua (ane lupa namanya apa), batu dari luar angkasa, dan replika Tyrannosaurus yang terbuat dari tulang aslinya.

Rabu, 11 Januari 2012

Postingan Blog Mengenai Museum Geologi

Tak sengaja menemukan situs ini ketika sedang berselancar. Ternyata cukup banyak yang menulis kesan dan ulasan tentang kunjugan ke Museum Geologi. Semoga ini semua menjadi masukan yang berharga bagi Museum Geologi, dan menjadi pertimbangan untuk meningkatkan pelayanan kepada pengunjung. Silakan kunjungi situsnya di sini.

Selasa, 10 Januari 2012

Dari ICOM

Ucapan selamat tahun baru dari ICOM (International Council of Museums). Baru diterima kemarin (9 Januari 2012).



Museum Pos Indonesia: Terbaik di Jawa Barat untuk 2011

Museum Pos Indonesia (foto: Disparbud Jabar)
Kamis, 5 Januari 2012, 21:11 WIB

INILAH.COM, Bandung- Museum Pos Indonesia terpilih menjadi yang terbaik untuk kunjungan wisata di Jawa Barat pada kategori museum pada tahun 2011.

"Dinas Pariwisata Jabar yang menetapkan Museum Pos Indonesia menjadi yang terbaik," kata penanggung jawab Museum Pos Indonesia Supariati di Bandung, Kamis.

Museum yang lokasinya di sayap timur Gedung Sate, pusat pemerintahan Provinsi Jabar yang dibangun tahun 1931 cukup ramai didatangi masyarakat, khususnya pelajar.

Berita selengkapnya silakan baca di sini.


Senin, 09 Januari 2012

Museum Geologi di Geomagazine

Jilid depan Geomagz Vol. 1 No. 2


Liputan tentang Museum Geologi dimuat di Geomagazine Vol. 1 No. 2 mulai halaman 28. Bagi Anda yang berminat membacanya, silakan buka laman ini: http://www.bgl.esdm.go.id/index.php/publikasi/geomagazine/230

Minggu, 08 Januari 2012

Tujuh Fakta Tentang Museum (di Amerika)

Asosiasi Museum Amerika menyebutkan 7 (tujuh) fakta tentang museum di Amerika:

1. Museum melayani masyarakat:
  • museum buka setiap hari untuk melayani masyarakat dalam hal pendidikan dan melestarikan warisan budaya, seni, sejarah, alam dan ilmu pengetahuan.
  • semua jenis museum merupakan institusi penting yang berjuang mempertahankan pelayanan esensial.
  • sedikit sekali museum yang mendapatkan dana dari pemerintah.

2. Museum dipercaya oleh masyarakat:
  • orang Amerika beranggapan bahwa museum merupakan sumber terpenting untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak, sekaligus menjadi sumber informasi tepercaya.
  • studi yang dilakukan oleh Universitas Indiana menyebutkan bahwa museum merupakan sumber yang lebih dipercaya dibandingkan buku, guru, bahkan orang tua dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan sejarah.
  • museum merawat dan melindungi lebih dari satu milyar koleksi (menurut Heritage Health Index).

3. Museum sangat populer:
  • museum di Amerika dikunjungi oleh anggota masyarakat dari berbagai kalangan (dari berbagai latar belakang ekonomi dan pendidikan).
  • menurut Institute of Museum and Library Services (IMLS) pada tahun 2006 dua pertiga orang dewasa Amerika berkunjung ke museum (termasuk kunjungan ke museum virtual via internet).
  • IMLS juga menyebutkan bahwa kunjungan per tahun ke museum di Amerika mencapai angka 850 juta orang!
  • studi IMLS tahun 2008 menyebutkan bahwa kunjungan ke museum virtual mencapai angka mencengangkan, 542 juta kunjungan!

4. Museum melayani semua komunitas:
  • setidaknya 22% museum di Amerika terletak di daerah rural dan museum-museum lain sering melakukan pameran keliling (menggunakan traveling van) maupun portable exhibit ke berbagai komunitas di pedesaan (rural).
  • sepertiga museum di Amerika tidak berbayar alias gratis, dan lebih dari 97%-nya memberikan potongan harga dan sejenisnya (menurut Museum Financial Information Survey tahun 2008).
  • guru, siswa, peneliti dapat mengakses informasi tepercaya di museum melalui koleksi daring (online) dan pameran tetap. Hal ini penting bila jarak geografis menjadi kendala.
  • situs web museum semakin diminati oleh berbagai kalangan di dunia maya.
  • melalui situs jejaring sosial, museum dapat menarik minat berbagai kalangan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan kreatif bagi museum.

5. Museum merupakan mitra sekolah:
  • museum menghabiskan dana 2,2 miliar dolar per tahun untuk kegiatan pendidikan, dan tiga perempat anggaran pendidikannya diperuntukkan bagi siswa tingkat TK hingga SLTA.
  • kunjungan siswa sekolah ke museum mencapai angka 90 juta per tahun.
  • museum menyelenggarakan program-program edukasional  dalam berbagai mata pelajaran sesuai dengan kurikulum standar bekerja sama dengan pemerintah setempat (hasil studi IMLS).

6. Museum mendidik masyarakat Amerika:
  • peran edukasional museum merupakan inti pelayanan museum kepada masyarakat.
  • masyarakat dari berbagai usia mendapatkan pengalaman unik dengan belajar tentang masa lalu dan masa kini, alam dan kebudayaan, serta kreativitas manusia melalui kunjungan ke museum.
  • museum memberi inspirasi kepada siswa sekolah apakah mereka akan menjadi ilmuwan, seniman, politikus, sejarahwam, ataupun pengusaha.
  • semua cerita di atas dikisahkan oleh museum melalui pengumpulan, perawatan, penelitian, dan penginterpretasian atas objek/koleksi, spesimen hidup, dan sejarah.
  • museum semakin mendapatkan banyak peminat beragam, dan ini membantu masyarakat memahami dan menghargai perbedaan budaya.
  • melalui museum pengunjung mendapatkan kaitan nyata dengan warisan mereka baik seni maupun alam, tanpa membedakan umur, komunitas, latar belakang ekonomi dan etnik.

7. Museum adalah mesin ekonomi:
  • museum mempekerjakan sekitar setengah juta orang Amerika (menurut American Association of Museum's Analysis tahun 2007).
  • museum memberikan sumbangan sekitar 20,7 miliar dolar bagi ekonomi Amerika di tahun 2008 sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di masyarakat (menurut Museum Financial Information System tahun 2009).
  • museum menduduki tiga besar dalam daftar tujuan liburan keluarga.
  • perjalanan wisata dan kegiatan bertema warisan budaya merupakan salah satu yang paling digemari dan segmen wisata penting dalam industri perjalanan, mencakup 23% dari perjalanan wisata domestik (menurut US Travel Association).
  • pengunjung ke tempat-tempat bersejarah dan atraksi budaya, termasuk museum, tinggal 53% lebih lama dan menghabiskan 36% uang lebih banyak dibandingkan ke tempat wisata lainnya (US Travel Association).
  • kualitas masalah-masalah kehidupan memberikan kontribusi signifikan pada keputusan bisnis untuk pindah atau tidak, termasuk akses pada sumber-sumber budaya yang di dalamnya termasuk komunitas museum yang dinamis.
  • para pemimpin masyarakat mulai mempertimbangkan aset seni dan budaya, dan menyadari pentingnya kedua hal tersebut pada kualitas hidup (menurut The National Governors Association).
  • The US Conference of Mayors menyebutkan bahwa "seni, humanities dan museum sangat penting (critical) bagi kualitas hidup dan kelangsungan hidup kota-kota di Amerika. Data menunjukkan bahwa industri seni dan budaya yang nonprofit menghasilkan lebih dari 166 miliar dolar per tahun, membantu lebih dari 5,7 juta dolar untuk kerja penuh-waktu, dan mengembalikan lebih dari 12 miliar dolar pada kas negara bagian melalui pajak tahunan. Pemerintah yang membantu seni rata-rata mendapatkan return of investment lebih dari 7 dolar pajak untuk setiap satu dolar yang disisihkannya."

Sumber: American Association of Museums (diterjemahkan oleh Julianty M).

Bagaimana di Indonesia?

Sabtu, 07 Januari 2012

Turut prihatin

Museum Negeri Jayapura Tak Punya Anggaran Perawatan

KBR68H, Jayapura - Pengelola Museum Negeri Jayapura mengaku tak memiliki dana untuk merawat ribuan benda koleksi yang ada di museum type A tersebut. Kepala Pelaksana Harian Museum Negeri Provinsi Papua Sukardi mengatakan tak adanya dana perawatan terjadi sejak dinas museum disatukan dengan Dinas Pariwisata tahun 2000 lalu.

“Jadi untuk pembiayaan tuh relatif karena semakin koleksi itu yang rusaknya parah atau berat, itukan jelas perawatannya lebih mahal dengan dibandingkan dengan yang ringan. (Tapi ada nominal mungkin pak, kira-kira saja?) Kalau kita dulu dari pusat itu dihitung rata-rata per koleksi itu sekitar 50 ribu ya, itu masih APBN. Kalau sekarang tidak ada.” 

Saat ini ada lebih dari 3000-an benda koleksi yang disimpan di Meseum Negeri Papua. 200-an jenis diantaranya rusak parah dan 500 jenis lainnya mengalami kerusakan ringan. Selain dimakan rayap, kerusakan benda koleksi juga disebabkan oleh tingkat kelembaban udara yang tinggi dan kegiatan terminal bayangan di samping kanan dan di depan jalan masuk museum itu.

Sumber: http://kbr68h.com/berita/daerah/13400-museum-negeri-jayapura-tak-punya-anggaran-perawatan

Lihat juga
1. http://www.beritasumut.com/index.php?option=com_content&view=article&id=5752:usut-dugaan-penggelapan-anggaran-museum-barus-raya&catid=36:hukum-a-kriminal&Itemid=77  
2. http://www.solopos.com/2011/sragen/anggaran-rp-1-miliarbulan-untuk-museum-sangiran-belum-ideal-151607
3. http://berita.liputan6.com/read/354179/anggaran-museum-perlu-ditambah

Minggu, 01 Januari 2012

QR Code dan Museum

QR code untuk situs web Museum Geologi
Pernahkah Anda melihat gambar seperti gambar di sebelah kiri ini? Saya yakin pernah! Terutama mereka yang menjadi pembaca harian Kompas. Ya, harian ini merupakan surat kabar nasional pertama di Indonesia yang memanfaatkan kode matriks ini untuk lebih membangun interaksi dengan pembacanya.

Matriks ini disebut QR code. QR adalah kependekan dari quick response. Kode ini diperkenalkan dan dikembangkan oleh sebuah perusahaan Jepang Denso Wave Inc. untuk keperluan industri otomotif. Sesuai dengan namanya, kode ini digunakan untuk menyampaikan informasi secara cepat dan mendapat respon cepat pula. Keterangan rinci tentang QR code dapat dilihat di situs ini.

Lalu apa hubungannya kode ini dengan museum? Melalui kode ini museum dapat lebih membanguna keterlibatan pengunjungnya dengan koleksi museum. Dengan kode ini pengunjung dapat memperoleh informasi lanjut tentang koleksi yang dipamerkan di sebuah museum. Museum-museum di negara-negara maju sudah banyak yang memanfaatkan QR code untuk meningkatkan pemahaman pengunjungnya. Dengan QR code pengelola museum dapat menyediakan informasi melalui aneka tautan yang dikodekan dalam matriks dua dimensi ini. Informasi dimaksud  berupa tautan ke situs, baik teks, gambar maupun video. Dengan demikian pengunjung akan mendapatkan pengalaman lebih dengan memanfaatkan teknologi ini. Salah satu keunggulan teknologi ini adalah mudah dan murah. Banyak situs internet QR code generator yang dapat kita gunakan dengan gratis. Dengan memasukkan URL situs yang akan kita tautkan ke museum kita maka gambar matriks ini sudah dapat diperoleh. QR code untuk situs web Museum Geologi di atas saya dapatkan secara mudah (dan gratis) dari sebuah situs penyedia jasa QR code generator. Untuk tulisan tentang kegunaan QR code bagi museum dapat dilihat di MuseumNext, Collectionspotlight, dan The Mobilists.

Sekedar informasi, saat ini Museum Geologi sedang menyususn tata pameran tetap yang baru dan salah satu terobosannya adalah menampilkan QR code di dalamnya.

Peringatan
Di samping memberikan kemudahan, QR code juga memiliki resiko. Tim Armstong, peneliti di Kaspersky Lab., menyatakan bahwa QR code dapat membawa penggunanya kepada tautan pesan teks ataupun situs yang berbahaya (malicious). Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal ini Anda dapat berkunjung ke tautan ini. Semoga bermanfaat!

Sumber: www.qrcodecards.co.uk


Selamat Tahun Baru 2012

Pesta kembang api di Bandung dilihat dari Cigending, Ujungberung (foto: Julimar)
Tak terasa satu tahun telah berlalu kembali. Apa sajakah yang telah kita perbuat selama tahun lalu, dan apakah yang akan kita lakukan di tahun ini? Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan petunjukNya kepada kita semua, menunjukkan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Aamiin.