Ada yang pernah mendengar kalimat di atas? Saya menemukan
kalimat tersebut ketika sedang berselancar di dunia maya. Konsep museum fatigue
telah muncul sekitar tahun 1920-an dan 1930-an di Amerika Serikat. Museum fatigue
adalah kondisi ketika perhatian pengunjung museum pada objek semakin berkurang seiring
dengan semakin lamanya waktu kunjungan (museum visitor interest towards
exhibits decreased as visits progressed).
Urban Dictionary mendefinisikan museum fatigue sebagai
berikut: The type of exhaustion you get from walking from place to place,
stopping, thinking about what you are seeing, then continuing. This happens
often in a museum. (Jenis kelelahan yang amat sangat yang terjadi karena kita
berjalan dari satu tempat ke tempat lain, berhenti, berpikir mengenai apa yang
kita lihat, lalu berjalan lagi. Hal seperti ini sering terjadi di museum). Sepertinya
ini istilah yang asing di telinga namun kenyataannya kebanyakan dari kita
pernah mengalaminya.
Saya sendiri pernah mengalami hal seperti ini. Bukan hanya
di museum melainkan juga di mal. Awalnya kita melihat-lihat objek dengan
perhatian penuh sambil terus berjalan ke objek atau etalase berikutnya. Lambat-laun
perhatian kita menurun dan kita hanya melihat sekilas saja pada objek-objek
berikutnya. Mata kita terlanjur lelah karena banyaknya objek yang harus kita
lihat, kita juga mulai sering menguap sebagai tanda kebosanan, serta kaki kita
mulai pegal karena berdiri lama. Ujung-ujungnya kita mencari tempat duduk (dan
kesal bila ternyata di tempat tersebut tidak ditemukan bangku atau apa pun yang
dapat dijadikan tempat duduk). Menurut penelitian Gareth Davey rentang perhatian
pengunjung museum umumnya berkisar antara 30-45 menit. Setelah itu berkurang
hingga tingkat yang paling bawah. Gareth Davey menyebutkan dua hipotesis untuk menjelaskan penyebab museum fatigue ini, yaitu:
1. Faktor fisik pengunjung itu sendiri: kelelahan fisik yang dialami pengunjung ketika dia berjalan mengamati objek di museum.2. Faktor lingkungan: lingkungan yang ada di museum membuat pengunjung lelah (misalnya tata pameran yang terlalu padat, atau terlalu banyak tulisan; termasuk di dalam faktor lingkungan adalah arsitektur gedung museum).
Bagaimana cara mengatasi museum fatigue ini? Nantikan
tulisan berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar