KOMPAS.com — Indonesia, khususnya Garut, Jawa Barat, memiliki potensi yang sangat besar dalam industri minyak atsiri di dunia, terutama minyak akar wangi atau vetiver root oil. Selama ini puluhan penyuling akar wangi di Garut terjepit di antara dua persoalan: krisis bahan bakar dan tengkulak yang mencekik.
Kebijakan pemerintah akhir tahun 2005 tentang mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dengan menaikkan harga BBM lebih dari 100 persen telah menempatkan para penyuling di ambang kehancuran. Biaya membeli minyak tanah sebagai bahan bakar utama penyulingan naik lebih dari dua kali lipat. Sementara harga minyak akar wangi kerap tak menentu akibat ulah para tengkulak.
Kondisi semakin sulit tatkala banyak penyuling yang ditangkap polisi gara-gara membeli minyak tanah dalam jumlah besar. Aturan pembatasan pembelian menjadi tembok penghalang menyakitkan bagi penyuling yang membutuhkan 250 liter minyak tanah untuk sekali menyuling selama lebih kurang 24 jam. Terlebih untuk bisa keluar dari jerat hukum mereka kerap ”menyetor” uang jutaan rupiah kepada polisi.
Dampaknya, kini, dari 30 penyuling akar wangi, 20 di antaranya kolaps. Lahan akar wangi seluas 2.400 hektar yang tersebar di lima kecamatan pun menyusut menjadi sekitar 1.000 hektar.
Kebijakan pemerintah akhir tahun 2005 tentang mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dengan menaikkan harga BBM lebih dari 100 persen telah menempatkan para penyuling di ambang kehancuran. Biaya membeli minyak tanah sebagai bahan bakar utama penyulingan naik lebih dari dua kali lipat. Sementara harga minyak akar wangi kerap tak menentu akibat ulah para tengkulak.
Kondisi semakin sulit tatkala banyak penyuling yang ditangkap polisi gara-gara membeli minyak tanah dalam jumlah besar. Aturan pembatasan pembelian menjadi tembok penghalang menyakitkan bagi penyuling yang membutuhkan 250 liter minyak tanah untuk sekali menyuling selama lebih kurang 24 jam. Terlebih untuk bisa keluar dari jerat hukum mereka kerap ”menyetor” uang jutaan rupiah kepada polisi.
Dampaknya, kini, dari 30 penyuling akar wangi, 20 di antaranya kolaps. Lahan akar wangi seluas 2.400 hektar yang tersebar di lima kecamatan pun menyusut menjadi sekitar 1.000 hektar.
Baca selengkapnya di http://sains.kompas.com/read/2010/12/09/12560860/Panas.Bumi.untuk.Minyak.Atsiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar