Minggu, 25 September 2011

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Permuseuman

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang permuseuman masih digodok. Banyak hal yang perlu dicermati dari RPP tersebut. Hal menonjol yang perlu diperhatikan adalah kurang terwadahinya museum-museum khusus yang berada di luar Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Pasal-pasal dalam RPP tersebut sangat kental diwarnai kepentingan Kemenbudpar dan saya mendapat kesan bahwa museum yang diwadahi "hanya" yang berada di lingkungan Kemenbudpar. Direktorat Permuseuman seyogyanya lebih terbuka dan adil melihat permasalahan karena lembaga ini membawahkan seluruh museum di wilayah republik ini. Dari diskusi yang berlangsung pada waktu pembahasan tampak banyak sekali persoalan yang tidak jelas ke mana cantolannya. Masih banyak hal rancu dan bias. Logika berpikir tampaknya perlu disusun kembali dan ditajamkan dengan kerendahan hati untuk menerima masukan serta belajar dari berbagai literatur permuseuman di negara-negra maju yang telah mapan dunia permuseumannya. Harapan saya pribadi direktorat tersebut seharusnya tidak berada di bawah Kemenbudpar. Seharusnya lembaga ini menjadi lembaga yang independen, terbebas dari kepentingan kementerian mana pun. Semoga draft rancangan tersebut berhasil mengeluarkan PP yang dapat diterapkan secara umum kepada semua museum di Indonesia.

Selasa, 13 September 2011

10 Tip Untuk Menyusun Tata Pameran di Museum

       1. Motivate visitor
Tata pameran yang baik harus mampu memotivasi pengunjung: tentukan kepada siapa informasi ditujukan, apakah pengunjung umum ataukan pengunjung khusus.
       2. Focus content
Fokuslah pada isi, saringlah informasi yang ingin disampaikan sehingga pengunjung tidak dijejali dengan terlalu banyak informasi yang malah akan membuatnya enggan menerima informasi tersebut.
       3. Immersion
Buatlah informasi sedemikian rupa sehingga pengunjung merasa terlibat. Ikatlah pengunjung dengan sebuah "cerita", apa yang ditampilkan harus membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut.
       4. Modularity 
Susunlah tema kecil-kecil tetapi bersifat menyeluruh dan mudah dipahami. Hindari menyajikan satu tema besar yang rumit.
       5. Skimmability
Skimmability adalah kemampuan sebuah informasi untuk dicerna sambil lalu. Jadi yang dimaksud di sini adalah sistem tata pameran harus dibuat sedemikian rupa sehingga pengunjung dapat memahaminya dengan mudah walaupun dia hanya membaca/melihat sepintas/sebentar. Ingatlah bahwa pengunjung museum berasal dari berbagai tingkatan pendidikan,  berbagai tingkatan ketertarikan, dan berbagai tingkat ketahanan untuk berdiri berlama-lama.
       6. Patterns
Pola sirkulasi lalu-lintas pengunjung merupakan hal yang juga harus diperhatikan demi kemudahan mereka memahami informasi yang disampaikan. Di sini unsur arsitekstur memegang peran penting.
       7. Capture curiosity
Bangkitkan rasa ingin tahu pengunjung: gunakan teknik-teknik storytelling untuk menarik minat pengunjung dan membuat mereka bertahan menikmati sebuah informasi.
       8. Interaction
Bangun interaksi dengan pengunjung dengan melibatkan emosi mereka melalui tata pameran yang interaktif,, baik melalui teknologi maupun dengan cerita yang menarik. Adanya koleksi yang dapat disentuh oleh pengunjung merupakan salah satu cara untuk membangun interaksi.
       9. Integrate technology
Teknologi yang digunakan harus dapat meningkatkan pengalaman pengunjung, bukan sebaliknya. Teknologi sederhana yang dapat memancing rasa ingin  tahu pengunjung kadang-kadang lebih bermanfaat dibandingkan teknologi rumit yang akan membuat pengunjung "bermain-main" dengan peralatan yang ada (bukan mempelajari kandungan informasi yang ada dalam perangkat teknologi tersebut).
      10. Layer content
Sajikan informasi secara berjenjang agar pengunjung mudah memahami apa yang ingin disampaikan.