Rabu, 02 Februari 2011

Museum Geologi dan Museum Karya Budaya Sakti, Kabupaten Cirebon

Papan nama museum (foto: Tim MG)
Selama dua hari (29-30/1/2011) tim ahli dari Museum Geologi membantu menata museum Karya Budaya Bakti milik M. Thamrin di Desa Kubangdeleg, Kecamatan Karangwareng, Kabupaten Cirebon. Selain menata, tim ini juga melakukan deskripsi dan determinasi atas koleksi yang dimiliki museum tersebut.

Tampak luar museum (foto: Tim MG)

Adalah M. Thamrin, seorang mantan mantri kesehatan di Desa Kubangdeleg yang memiliki prakarsa dan idealisme mendirikan museum di daerahnya untuk kepentingan pendidikan dan pariwisata.  Diawali dengan kegemarannya akan benda-benda bersejarah, dia berburu benda-benda “aneh” di hutan-hutan di sekitar tempat tinggalnya.  Saat ini sudah ratusan koleksi dimilikinya. Pada mulanya Thamrin melakukan kegiatannya ini seorang diri, namun kemudian dia mempekerjakan orang-orang yang dipercayainya untuk juga mengumpulkan aneka benda alam dan bersejarah di sekitar tempat tinggal mereka. 

Kondisi museum sebelum ditata





Tim Museum Geologi yang terdiri dari ahli museologi, ahli geologi, ahli biologi, dan ahli antropologi, bekerja sama dengan seorang ahli arkeologi senior dari Balai Arkeologi Bandung mengelompokkan benda-benda koleksi  Thamrin tersebut  dan memperagakannya dalam sebuah tata pamer yang mudah dimengerti. Setelah dikelompokkan terkumpullah dua kategori besar: koleksi geologi dan koleksi arkeologi. Koleksi geologi terdiri atas batuan, fosil (vertebrata, invertebrata, kayu, koral), suiseki; sedangkan koleksi arkeologi terdiri atas artefak logam (senjata, uang kuno, bejana, patung), gerabah (tempayan, piring, mangkok), dan alat batu (paleolitik hingga neolitik). Di samping itu juga ada sejumlah buku referensi yang disimpan khusus dalam perpustakaan mini.

Kondisi museum setelah ditata. 









Selain menata dan membuat alur untuk mengarahkan pengunjung, tim juga membuat label untuk setiap koleksi sehingga benda-benda yang dipamerkan memiliki makna yang bernilai edukatif dan informatif. Setelah ditata sedemikian rupa museum yang awalnya rumah tinggal ini tampak cantik dan rapi. Koleksi yang tidak dipamerkan disimpan dalam lemari dan laci-laci penyimpanan khusus, tidak terserak di sembarang tempat. Kerja keras tim terbayar lunas dengan tampilan baru museum ini.

Yang perlu dicermati adalah bahwa gedung museum ini sangatlah rapuh. Atapnya bocor di banyak tempat, dindingnya lapuk dan lantainya lembab. Banyak bagian dinding masih berupa bata tanpa diplester. Alangkah baiknya bila pemerintah setempat melakukan langkah nyata untuk membantu museum ini. Upaya  dan jerih payah Thamrin selama bertahun-tahun hendaknya diberi penghargaan yang layak. Dia memiliki idealisme untuk memajukan pendidikan anak bangsa melalui kekayaan alam tanah airnya. Adakah pejabat atau pengusaha yang tergerak untuk membantunya? (Julimar 02/02/2011).

2 komentar: