Ternyata negeri kita memiliki museum pendidikan. Tulisan ini merupakan berita di harian Sinar Harapan tertanggal 9 Juli 2008. Semoga bermanfaat bagi yang membutuhkan informasi semacam ini.
Yogyakarta-Museum Pendidikan pertama di Indonesia yang dimiliki Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) diresmikan Selasa (8/7). Peresmian ini bersamaan dengan didirikannya Pusat Pengolahan Sampah dan peluncuran Industri Bola.
"Museum ini memang dikemas untuk pendidikan, yakni mengenalkan kepada masyarakat proses yang terjadi hingga dewasa ini. Ada suryo sengkala ngesti luhur utoro katon yang bermakna bahwa pendidikan itu melahirkan keluhuran budi," kata Rektor UNY Sugeng Mardiyono.
Sugeng mengatakan keberadaan Museum Pendidikan ini juga dapat sebagai wahana rekreasi yang mendidik sekaligus sebagai wisata edukasi. Dalam museum yang dibangun dengan dana Rp 2,25 miliar tersebut menyimpan berbagai benda asli maupun reproduksi yang menggambarkan sejarah pendidikan dari zaman kolonial hingga reformasi.
"Ada koleksi yang menggambarkan kronologi perkembangan proses pendidikan, termasuk model pendidikan alternatif yang pernah ada hingga kini," kata Sugeng.
Di antara koleksi museum yang menggambarkan proses perkembangan pendidikan di Indonesia
ini adalah meja dan kursi belajar model lama, alat tulis sabak, juga ada sepeda kuno yang dipakai guru-guru zaman dulu. Selain itu juga terdapat foto-foto tokoh pendidikan sejak Ki Hadjar Dewantara hingga Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo.
Sementara itu, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang pada kesempatan itu juga hadir, menyatakan keberadaan bangunan museum layak jadi wahana pendidikan di luar rutinitas belajar-mengajar. Para pengunjung dapat mengenali pendidikan di masa awal sebelum kemerdekaan hingga alat-alat bantu pendidikan di masa sekarang.
Hanya saja yang perlu dicermati dan dipikirkan, lanjut Sultan, rendahnya minat masyarakat untuk mengunjungi sebuah museum. Benda-benda yang ada di museum padahal bisa menjadi sumber inspirasi bagi ilmuwan terutama generasi muda. Dengan begitu, diperlukan sebuah strategi untuk menarik minat pelajar untuk mengunjungi tanpa ada paksaan.
(yuyuk sugarman)
Copyright © Sinar Harapan 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar