Senin, 06 September 2010

Toko museum versus Toko cendera mata

Oleh: Julianty M
 
Museum adalah salah satu tempat tujuan wisata. Oleh karena itu orang yang datang ke museum biasanya ingin membawa sesuatu sebagai buah tangan yang diapat dijadikan kenang-kenangan atau penanda bahwa yang bersangkutan pernah datang ke museum dimaksud. Buah tangan yang dibawa bisa untuk diri sendiri maupun untuk diberikan lagi kepada orang lain di tempat asal. Sesuai dengan namanya maka buah tangan tentulah yang dapat dibawa dengan kedua tangan. Jadi ukurannya tidaklah terlalu besar. Di samping itu, pengunjung daerah wisata biasanya ingin membawa buah tangan dalam jumlah banyak untuk dibagi-bagikan. Logikanya, buah tangan haruslah tidak terlalu besar dan harganya relatif terjangkau agar orang dapat membelinya dalam jumlah banyak. Untuk memenuhi kebutuhan pengunjung akan buah tangan, maka biasanya di sekitar tempat wisata ada toko/warung yang menjual aneka cendera mata, tak terkecuali bagi museum. Namun untuk museum cendera mata sebaiknya bukan hanya sekedar cendera mata karena museum memilki misi pendidikan yang inheren dalam kegiatan dan program-programnya. Oleh karena itu perlu ditegaskan bagi sebuah museum, apa yang ingin dibangunnya? Apakah toko museum, ataukah toko cendera mata? Apa perbedaan dan persamaan di antara keduanya?

 
Persamaannya, tentu saja adalah keduanya sama-sama menjual buah tangan yang dapat dibeli oleh pengunjung. Perbedaannya adalah, toko museum haruslah memiliki misi pendidikan dan barang yang dijual selalu terkait dengan koleksi museum yang bersangkutan, sedangkan toko cendera mata tidak perlu demikian. Sepanjang pengetahuan penulis, yang ada di museum-museum kita adalah toko cendera mata. Barang yang dijual di toko cendera mata museum biasanya sembarang barang yang diberi logo museum, atau miniatur koleksi museum tanpa diberi keterangan tambahan apapun (tidak ada label yang dapat memberi nilai tambah pada barang yang dijual). Jadi, perbedaan paling mendasar antara toko museum dengan toko cendera mata adalah penambahan nilai edukasional pada prinsip penjualan yang baik. Berkaitan dengan hal ini Theobald mengatakan:

A true museum store is a hybrid, a cross between a gift shop and a museum exhibit. It is an integral part of the museum that contributes to the institution’s stated purposes both financially and educationally.(Theobald, 1991:9).
Dengan demikian pada toko museum nilai edukasional harus didahulukan daripada pendapatan/untung. Bukan berarti uang tidak penting, tetapi sisi edukasional harus lebih dikedepankan. Pengelola museum harus dengan tegas menentukan tujuan toko museum yang mereka kelola. Theobald (1991: 10) menyebutkan bahwa tujuan toko museum haruslah:
1.    Memberi kontribusi pada tujuan edukasional museum;
2.    Mengembalikan setiap uang yang didapat dari penjualan kepada museum;
3.    Membantu usaha-usaha pemasaran museum dengan cara melakukan publisitas yang baik, menarik pengunjung, dan memperlakukan konsumen dengan sopan dan ramah.
Toko cendera mata di museum-museum Tanah Air
 
Penulis belum melakukan penelitian khusus tentang toko cendera mata yang ada di museum-museum Tanah Air, namun dari beberapa obrolan dengan teman-teman sesama insan museum saya menyimpulkan bahwa toko cendera mata di museum pada umumnya dimulai oleh segelintir karyawan museum sendiri. Biasanya toko cendera mata museum berawal dari sebuah etalase kecil yang dikelola oleh sekelompok kecil pegawa museum yang bersangkutan. Barang-barang yang dijual biasanya adalah barang yang berkaitan dengan koleksi museum, baik berupa foto-foto koleksi maupun duplikat koleksi, dan didapat dari titipan milik pegawai museum ataupun orang lain. Usaha ini sedikit demi sedikit bisa berkembang dan dapat memberikan penghasilan tambahan kepada pegawai museum dengan cara bagi hasil.

 
Jika dikelola dengan baik, toko cendera mata museum memang seharusnya dapat berkembang dengan baik. Alasannya adalah karena pangsa pasarnya jelas, yaitu pengunjung yang datang. Museum tidak usah bersusah-payah mencari pembeli. Pengelola museum hanya perlu mengarahkan pengunjung untuk datang ke toko cendera mata dan berbelanja di sana. Yang sudah pasti laku adalah buku panduan museum. Buku semacam ini menjadi barang yang selalu dicari pengunjung. Oleh karena itu buku panduan museum seharusnya selalu tersedia, dan segera dicetak ulang jika persediaan sudah menipis.

 
Dengan semakin berkembangnya toko cendera mata maka tentunya dibutuhkan pengelolaan yang lebih baik dan karenanya harus dikelola secara profesional oleh tim manajemen yang handal. Jika sudah dikelola secara profesional maka saatnya bagi pengelola museum untuk berpikir mengenai toko museum. Dengan begitu, museum tidak melupakan sisi edukasional yang diembannya. Tentunya ini bukan tantangan yang mudah dan ringan. Dengan memutuskan untuk membuat toko cendera mata menjadi toko museum, pengelola museum harus menyadari bahwa toko museum harus mencerminkan misi museum dengan cara memperluas kemungkinan sampainya pesan kepada masyarakat.

 
Untuk sebuah museum yang memiliki visi dan misi yang jelas, toko museum harus menjadi sarana/alat untuk menyampaikan visi dan misi museum. Dengan demikian, antara museum dengan toko museum harus terjalin ikatan erat yang sinergis, dan ini akan mendorong insan museum dan para pemasok barang untuk berpikir kreatif menciptakan aneka produk edukatif yang dapat dijual di toko museum. Tegasnya, toko museum merupakan bagian yang integral dari sebuah museum. Toko museum seharusnya menjadi perpanjangan tangan bagi aspek edukasional museum.
Sayangnya, sejauh yang saya ketahui, saat ini yang ada di museum hanyalah toko cendera mata yang , jangankan untuk disebut toko museum, untuk disebut toko cendera mata pun sesungguhnya masih meragukan. Toko yang ada di museum saat ini tidak mempunyai tujuan yang jelas yang dapat dihubungkan dengan filosofi dan tujuan museum. Umumnya, toko cendera mata yang ada sekedar untuk “menghasilkan uang”. Uang bukannya tidak penting, tetapi uang bukanlah tujuan. Jika uang yang menjadi tujuan, sebaiknya museum membuka kafetaria atau toko di mal atau tempat strategis lainnya.

 
Kelemahan umum cendera mata yang ada di museum kita adalah benda-benda tersebut tidak dirancang dengan baik. Umumnya barang-barang tersebut dirancang seadanya tanpa memperhatikan aspek artistik dan estetik. Namun karena tidak ada pilihan lain, pengunjung tetap membelinya. Berkenaan dengan hal ini Museum Store Association Code of Ethics dalam salah satu butir kode etiknya menyatakan bahwa, “…the store is obliged to offer items that are educational, safe, and of the highest quality,” karena “the museum store enjoys a unique opportunity to serve a diverse clientele.” 

 
Bagaimana dengan toko cendera mata Museum Geologi?
Sampai saat ini toko cendera mata Museum Geologi tetap hanya sebagai toko cendera mata. Sampai saat ini belum tampak ada usaha dari pengelola Museum Geologi untuk “meningkatkan status” toko cendera mata menjadi toko museum. Sebetulnya sayang sekali jika toko cendera mata di Museum Geologi tidak menjadi toko museum karena melalui toko museumlah Museum Geologi dapat lebih menjangkau masyarakat. Melalui toko museum pula Museum Geologi dapat memperoleh sumber dana alternatif untuk membiayai program-programnya. Manajer toko yang profesional tentu sangat dibutuhkan dalam pengelolaan toko museum di Museum Geologi kelak. Sang manajer tersebut harus cerdas dalam mencari dan mendapatkan produk yang dapat menghubungkan misi museum dengan kebutuhan pengunjung.


 
Jadi, mau pilih mana? Toko cendera mata, atau toko museum?
(Julimar, 05/11/2008)

 
Bahan bacaan:
Museum Store Association Code of Ethics, 2000.
Theobald, Mary Miley, 1991 Museum Store Management, American Associaton for State and Local History, Nashvile, Tennessee.

1 komentar:

  1. Ini artikel bagus tentang souvenir museum. Kondisi museum geologi sekarang memang jauh lebih baik dibandingkan ketika saya SD. Sayangnya untuk souvenir kurang mendukung padahal justru souvenir dapat membantu dalam promosi museum dengan adanya item-item yang mengindetifikasikan isi museum yang dapat merupakan ciri khas isi museum yang kita miliki sehingga orang tertarik untuk berkunjung.

    Orang membeli souvenir tidak saja sebagai kenang-kenangan tapi juga dijadikan hadiah atau buah tangan ketika pengunjung pulang ke tempat asalnya.Dengan souvenir museum yang menarik dan informatif sebetulnya dapat menggugah orang lain yang melihatnya untuk penasaran berkunjung ke museum, kenapa? Karena souvenirnya saja bagus, museumnya bagaimana ya? Itulah yang akan terlintas di benak orang.Kenapa tidak coba ciptakan image ini di dalam souvenirnya?

    Bila diperhatikan pengunjung museum tidak saja orang tua, bahkan remaja juga cukup banyak,kunjungan sekolah juga banyak. jadi tidak hanya turis lokal tapi juga turis asing. Turis lokal saja mau membeli cendera mata asalkan menarik & harga terjangkau, apalagi turis asing yang jauh-jauh datang.

    Sebetulnya cukup banyak yang menginginkan untuk membeli souvenir dari museum tsb. & saya adalah satu dari sekian orang yang tidak jadi beli , karena item yang dijadikan souvenir kurang menarik dari segi desain, fungsi & tema gambar. gambar saja tanpa keterangan ya tidak menarik juga. Bukan dari sisi harga, kalau harganya murah pun akan dibeli asalkan gambar/desainnya baik dan menarik. Ternyata beberapa orang yang saya tanyakan keluar dari souvenir shop dengan tangan hampa ketika ditanya kenapa tidak beli apa-apa komentar mereka adalah karena kurang menariknya souvenir museum jadi kalau dijadikan buah tangan juga kurang memuaskan.

    Hal yang paling mudah, Post card tentang museum & isinya saja tak ada...konsep souvenir shopnya apa & bagaimana ya sebetulnya, apa yang ingin ditonjolkan di souvenir shop & bagaimana korelasinya dengan museum?

    Dengan adanya hal-hal lain seperti wayang juga kurang pas ditempatkan di souvenir shop museum tsb. karena menjadi bias, ini toko souvenir museum atau toko souvenir tentang jawa barat ya? Karena wayang dan yang berbau jawa barat itu di emperan jalan juga suka diperjual belikan.

    Mudah-mudahan pengelola toko souvenir museum ini bisa cepat tanggap, kreatif dalam memilih item yang dijadikan souvenir, & dapat menentukan pangsa pasar untuk souvenirnya sehingga dapat terjangkau mulai dari anak sekolah.Kunjungan sekolah yang paling banyak mendatangi museum ini karena merupakan program sekolah.Karena souvenir juga dapat merupakan ajang promosi museum tsb.

    BalasHapus