Senin, 27 September 2010

Bolehkah Memotret di Museum?


Beberapa waktu yang lalu saya terlibat diskusi dengan beberapa orang kawan tentang boleh tidaknya memotret di museum. Seorang kawan senior yang sudah malang-melintang ke museum-museum dunia memaparkan keprihatinannya tentang foto-foto koleksi beberapa museum di Indonesia yang menjadi materi komersial di luar negeri tanpa melalui prosedur resmi. Menurutnya ini merupakan pelanggaran hak intelektual terhadap kekayaan budaya negeri ini. Kita sering kecolongan seperti itu, katanya. Saya sependapat. Betapa banyaknya pembenahan yang harus dilakukan di negeri kaya yang dimiskinkan ini!

Menurut kawan senior tersebut pemotretan di museum seharusnya diatur untuk menghindari hal-hal tersebut di atas. Pengunjung tidak boleh memotret sesuka hati, atau bila ingin memotret ada biaya tertentu di luar tiket masuk museum. Masalahnya, museum-museum di Indonesia umumnya gratis atau nyaris gratis (tiket masuknya sangat sangat murah). Jadi rasanya aneh, masuk gratis tapi memotret harus membayar. Rupanya kedua hal ini harus berjalan seiring. Museum tempat saya bekerja pun tidak memberlakukan biaya masuk, dan pengunjung boleh memotret sesuka hati mereka (tidak ada batasan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dipotret). 
Sumber gambar: www.cahgk.files.wordpress.com

Sebetulnya bagaimana aturan mainnya? Apakah memotret di museum itu memang dilarang? Atau, boleh memotret tapi dengan syarat tertentu? Siapa yang berhak mengeluarkan izin memotret? Jika memotret dilarang, apakah kamera yang dibawa pengunjung harus dititipkan? Di mana tempat penitipannya, bagaimana keamanannya? Jika memotret diperbolehkan tapi dengan syarat tertentu, bagaimana pengawasannya? Apakah pihak museum sanggup memastikan bahwa pengunjung tidak melanggar persyaratan yang diberikan?  Di negara kita hal-hal seperti ini tampaknya belum mendapat perhatian serius. Mau tidak mau saya harus mencari rujukan ke museum di negara maju untuk mencari aturan main ini. Salah satunya adalah di sini.

Ternyata di negara maju pun hal ini masih menjadi bahan perdebatan. Sebuah diskusi khusus diselenggarakan untuk membahas masalah ini. Ada yang pro, dan tentu saja ada yang kontra. Masing-masing memiliki logikanya sendiri.

Sepertinya museum-museum di Indonesia perlu juga menyelenggarakan diskusi semacam ini. Kita jaring pendapat masyarakat, dan kita olah sehingga menghasilkan peraturan yang sifatnya win-win solution. Bagaimana museum-museum Indonesia? (Julimar, 27/09/2010).

2 komentar:

  1. Terima kasih Kang, telah berkunjung ke blog saya. Salam kenal. Dulu saya sering ke Museum Geologi. Salah satu museum yang tidak membolehkan memotret adalah Museum Prabu Geusan Ulun. Itu dialami oleh teman-teman saya dari Komunitas Aleut. Tetapi waktu saya berkunjung ke sana dan bertanya kepada pemandu, saya diperbolehkan memotret.

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya. Salam kenal kembali.

    BalasHapus