Selasa, 17 Agustus 2010

Sejarah museum (5)


Asia dan Afrika

Di Asia rasa hormat terhadap masa lalu dan tokoh-tokohnya berakibat pada pengumpulan berbagai objek. Kegiatan mengumpulkan ini setidaknya dimulai pada masa dinasti Shang, yang memerintah China sejak kira-kira pertengahan abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-11 SM. Kebiasaan ini dikembangkan dengan baik oleh dinasti Ch’in (abad ke-3 SM) – seperti terlihat pada makam kaisar Ch’in bernama Shih huang-ti di dekat Sian (Xian) yang dikawal oleh prajurit dan kuda terbuat yang dari terakota. Bersama-sama dengan bekal kubur lainnya, benda-benda tersebut dilestarikan di situsnya di Museum Patung Ch’in (Museum of Ch’in Figures). Istana Shih huang-ti tercatat memiliki benda-benda langka dan berharga.

Kaisar-kaisar China selanjutnya terus mendukung seni, yang terwujud dalam karya-karya indah di bidang seni lukis, kaligrafi, kriya logam, batu giok, kaca, dan tembikar. Misalnya, kaisar Han, Wu-ti (memerintah 141/140-87/86 SM) mendirikan sebuah akademi yang berisi berbagai lukisan dan kaligrafi dari setiap provinsi di China, dan kaisar Han terakhir, Hsien-ti (turun takhta pada 220 M), mendirikan sebuah galeri yang berisi potret para menterinya.

Di Jepang, kuil Tödai, yang menyimpan patung perunggu Buddha Agung yang sedang duduk (Daibutsu) dalam ukuran raksasa, dibangun pada abad ke-8 di Nara. Kekayaan kuil ini masih dapat dilihat di tempat penyimpanan Shoso-in di sana.

Pada saat yang bersamaan, masyarakat Islam membangun koleksi relik di makam para syuhada awal. Gagasan wakaf, yang diformalkan oleh Nabi Muhammad, yaitu memberikan kekayaan untuk kepentingan umum dan tujuan keagamaan, juga berakibat pada terbentuknya berbagai koleksi. Di kawasan tropis Afrika kegiatan mengoleksi berbagai benda juga memiliki sejarah panjang, seperti terlihat di tempat-tempat suci sepanjang jalan dan beberapa upacara keagamaan tertentu. Di beberapa bagian dunia lainpun ada pula berbagai koleksi serupa.

Sumber: Encarta Encyclopaedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar